Pengolahan ipal Terpadu MCAB Belum Maksimal, Karena Kurangnya Kadar Asam Sulfat dan Bak Speling Penampung

Kab Bandung, Matainvestigasi.com — Pt. Mitra Citarum Air Biru (MCAB) yang berlokasi di Jl. Cisirung No 34 Pasawahan Dayeuh Kolot yang sempat terpantau limbahnya di buang langsung ke sungai pada jumat lalu, berikan klarifikasi langsung, dengan adanya kejadian tersebut. Nur Setiawan Manager Operasional Ipal Terpadu MCAB, menurutnya tidak seperti itu.

[baca] https://www.matainvestigasi.com/2019/05/27/limbah-mcab-sengaja-di-buang-karena-kewalahan-proses-limbah-kiriman-industri

Nur Setiawan memaparkan ” kejadian tersebut pada jumat sore, memang kita buang limbahnya, hanya saja masalah di warna saja, merahnya susah hilang, kita sudah berusaha, dan itu kita oleh sebelumnya, bukan berarti tidak di proses, artinya kita sudah proses, hanya warnanya masih merah, dan itu sabtu sore sudah selesai, normal lagi ” ungkapnya (28/05).

Nur Setiawan

Memang PH harus di angka 6 – 7, baru layak kita buang ke sungai, yang kemarin itu PH nya memang 12, Air datang kita kondisikan asam sulfat, untuk proses ph nya, Dengan PH 12 kemarin itu terlambat prosesnya, dan memang kita buang, karena kita terlambat dalam prosesnya, standar asam sulfat kita hanya 60%, bila 90% bisa cepat turun, tapi resiko berbahaya untuk operasional dan pekerja, tanki asam sulfat ada di atas setinggi 4 meter ” ungkap Nur.

Nur menambahkan ” untuk asam sulfat di 90% itu bereaiko, kita minimalisir 60% saja, demi keselamatan kerja, karena asam keras itu, kemarin memang kita buang lewat pipa lama, dulu di tutup, tapi sudah di buka, pipa baru yang atas masih fungsi, hanya buka tutup katup saja, tapi kita pakai pipa baru yang dulu di buat, yah bisa bawah atau atas masih bisa di pakai, karena sudah di buka saat itu di tutup.

” Memang kejadian kemarin saya tidak laporan Lh dan Dansektor, karena saya pikir sudah selesai masalahnya, hanya beberapa jam saja berlangsung, limbah yang terbuang ke sungai sekitar 7000 m³, memang karakter limbah di sini berbeda – beda dan sudah tercampur, jadi kadang sukar di olah, kesulitan kita juga tidak ada speling untuk nampung sementara dulu, jika terjadi problem dalam pengolahan limbahnya.

Sedimen kita juga cukup parah karena lumpur, saya juga berharap tidak ada kejadian itu lagi, saat ini kita juga sedang pendataan kelengkapan alat ipal industri, karena ribut bangun ipal, itu tidak akan maksimal, bila tidak ada Belpress, saat ini yang ada di Pabrik Nagamas, Bentara, IM, bila tidak punya bellpress tetap tidak akan bener, pasti lumpurnya ke kita juga, sementara problem utamanya lumpurnya, setelah itu semua ada, tentu pihak ke 3 juga harus jelas, karena menyangkut pembuangan lumpurnya ” tutup Nur. (chox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *