Malang, Matainvestigasi.com – Sepak Bola Liga 1 Indonesia menjadi ajang olahraga. Sepak bola nasional distop sepekan setelah 127 orang tewas, akibat kericuhan usai pertandingan Arema VS Persebaya Jatim, Minggu (02/09).
Kompetisi berlangsung pada Sabtu, 01 Oktober 2022 malam di Stadion Kanjuruhan Malang Jawa Timur. Pada laga tersebut Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya, saat itu pula ribuan supporter Aremania menginvasi lapangan sepak bola setelah pertandingan usai, mereka tidak terima dengan hasil tersebut, saat itulah kericuhan terjadi dengan masuk ke lapangan hijau.
Akibat kerusuhan itu, para pemain Persebaya diungsikan langsung oleh pihak pengaman dengan kendaraan rantis dari kepolisian.
Sementara itu seleb.tempo.co (2//10/2022) juga melaporkan bahwa Korban tewas adalah para suporter, polisi, dan balita. Kerusuhan yang berakhir tragis tersebut terjadi pasca-kekalahan Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022.
Kerusuhan bermula, sebagaimana diwartakan oleh sport.detik.com (2/10/2022) para perusuh yang terdiri dari supporter itu bukan hanya menginvasi lapangan, mereka juga merusak mobil polisi dan membakar benda-benda yang ada di dalam stadion.
Karena suporter yang anarkis ini mau tidak mau memaksa pihak aparat keamanan memukul mundur, termasuk dengan melontarkan gas air mata. Situs detik.sport.com juga melaporkan bahwa kerusuhan tersebut dikabarkan melebar sampai ke luar stadion yang membuat situasi di kota Malang menjadi mencekam.
Pihak kepolisian masih melakukan pendataan tentang korban jiwa terkait kerusuhan tersebut, b<span;>eberapa jam pasca pertandingan Arena FC VS Persebaya.
Menurut Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Polisi Dirmanto mengatakan bahwa, “Anggota di lapangan (melakukan pendataan)”.
Radio Elshinta menyiarkan, pada dinihari 2 Oktober 2022, pertandingan Liga 1 tersebut disepakati tanpa kehadiran penonton dari pihak suporter Persebaya, hanya disaksikan penggemar Arema saja atau yang lebih dikenal sebagai Aremania. Sedangkan supporter Persebaya menyaksikan laga tersebut dengan nonton bersama (nobar) dengan televisi layar lebar di beberapa titik.
Peristiwa Olahraga Nasional seharusnya diwarnai dengan sportivitas, ini berakhir dengan kerusuhan dan duka mendalam menciderai nama olah raga bahwa menang kalah dalam olahraga adalah hal biasa. (Red)