Diskusi Orang Utan di Bubarkan OTK, Tiba-Tiba Datang dan Marah

Bandung, Matainvestigasi.com – Diskusi orang utan Tapanuli yang digelar Satya Bumi dan beberapa Civil Society Organization (CSO) di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/3/2023) dibubarkan oleh empat orang tak dikenal, Jum’at (05/05).

Diskusi yang berlangsung pada pagi hari itu pun terpaksa sempat berhenti karena aksi tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut sederet fakta-fakta diskusi orang utan dibubarkan.

Menurut keterangan dari Ketua Umum Society of Indonesian Environmental Journalist atau SIEJ Joni Aswira, keempat orang itu datang secara tiba-tiba ke lokasi acara. Salah satunya marah dengan nada membentak dan memaksa agar diskusi segera bubar.

“Sempat ditenangkan oleh panitia, namun yang bersangkutan tetap berkeras agar diskusi tidak dilanjutkan dan melabrak kursi dengan emosi,” kata Joni dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/3/2023) dilansir suara.com.

Pria ini juga menyampaikan larangan diskusi yang berlangsung jika membicarakan hal yang kontra pembangunan.

Joni juga menambahkan, salah satu dari empat orang tersebut merupakan pria asal Salemba, Jakarta Pusat. Namun, ia tidak mau menerangkan lembaga asalnya.

Setelah kedatangan itu, ketegangan berlangsung sekitar 15 (lima belas) menit. Akhirnya mereda ketika panitia membawa masing-masing orang ke lantai bawah.

Para pihak diminta untuk berdialog dan panitia pun menjelaskan konteks acaranya. Awalnya, para pihak yang melakukan pembubaran tidak terima dan panitia pun terpaksa memanggil petugas keamanan.

Setelah mengalami beberapa konflik, diskusi pun berlanjut pada 12.00 WIB. SIEJ menyayangkan tindakan pembubaran diskusi ini. Pihaknya berharap ketika diskusi ini memiliki tujuan yang baik, seharusnya disikapi dengan baik tanpa upaya pembubaran.

Tujuan diskusi orang utan Tapanuli ini sebagai reaksi atas liputan 5 (lima) media nasional yang mengangkat isu ancaman PLTA pada bentang alam Batang Toru, Sumatera Utara. Beberapa permasalahan proyek juga disampaikan dalam liputan itu.

“PLTA juga dibangun di atas kawasan yang dinilai merupakan sesar bencana,” terang Joni.

Ancaman yang muncul berupa ancaman terhadap kawasan dan habitat orang utan. Selain itu, PLTA juga dibangun diatas kawasan yang dianggap sesar bencana. Wilayah tersebut telah menewaskan banyak kmanusia termasuk para pekerja setempat.

Proyek PLTA ini diklaim menyajikan energi bersih. Namun, proyek ini justru menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan dan berpotensi menimbulkan keuangan negara. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *