Limbah Nuklir Fukushima Kembali Dibuang ke Laut

Internasional, Matainvestigasi.com – Meski mendapat tentangan dari negara-negara tetangga, Jepang melanjutkan pembuangan limbah radioaktif dari PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik, Sabtu (04/11).

Gelombang ketiga pembuangan air limbah radioaktif dimulai pada Kamis (2/11/20230) hingga 20 November 2023. Kantor berita Jepang, Kyodo, mengutip perusahaan listrik Tokyo Electric Power Company Holdings Inc (TEPCO), melaporkan, selama periode itu sebanyak 460 ton air limbah yang sudah diolah dibuang per hari.

TEPCO menjelaskan, sebelum dibuang ke laut, air limbah radioaktif diolah untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat-zat radioaktif. Limbah itu lalu dicairkan dengan air laut sebelum dilepaskan ke Samudra Pasifik melalui terowongan bawah laut.

TEPCO dan Pemerintah Jepang mengatakan, prosesnya sangat aman. Namun, sejumlah ilmuwan mengatakan, pembuangan yang terus berlanjut ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan harus dimonitor secara ketat.

Pada pembuangan limbah ketiga, pekerja TEPCO mengaktifkan pompa pertama dari dua pompa untuk mengencerkan air limbah yang telah diolah dengan air laut. Secara bertahap, pompa akan melepas air campuran itu ke laut.

Sesuai rencana, ada empat gelombang pembuangan. Pembuangan pertama dan kedua sudah tuntas dilakukan. Pemerintah Jepang menyatakan, pembuangan pertama dan kedua lancar. Setiap pembuangan melepaskan 7.800 ton air limbah yang sudah diolah.

Pembuangan gelombang keempat akan dilakukan pada akhir Maret 2024. Sebanyak 31.200 ton air limbah yang ditampung di tangki-tangki pembangkit akan dibuang.

Sebanyak 1,34 juta ton air limbah radioaktif disimpan di 1.000 tangki di pabrik tersebut. Air limbah yang tertampung terus bertambah sejak PLTN Fukushima lumpuh akibat gempa bumi besar dan tsunami yang melanda wilayah timur laut Jepang pada 2011.

TEPCO dan Pemerintah Jepang menyebut, pembuangan air limbah ke laut tidak dapat dihindari karena tangki hampir penuh.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kepada wartawan mengatakan, Jepang secara konsisten memberikan penjelasan yang transparan dan ilmiah tentang pelepasan tersebut.

Ia mengklaim komunitas internasional bisa memahaminya. Namun, Kishida menyebut beberapa negara membatasi makanan laut Jepang ”tanpa dasar ilmiah”.

”Kita harus terus menjelaskan dengan sabar kepada negara-negara tersebut dan meminta pembatasan dicabut. Penting pula untuk menunjukkan dengan tegas posisi Jepang lewat pertemuan internasional dan badan-badan seperti Organisasi Perdagangan Dunia,” katanya.

Pembuangan air limbah radioaktif ke Samudra Pasifik ini ditentang oleh kelompok nelayan Jepang dan negara-negara tetangga, di antaranya China.

China bahkan melarang impor semua produk makanan laut Jepang. Langkah itu dinilai merugikan eksportir dan produsen makanan laut Jepang.

Untuk mengatasi dampaknya, Pemerintah Jepang mengalokasikan dana besar untuk mencari pasar baru bagi produk makanan laut. Mereka juga menggencarkan kampanye makan ikan.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan negara-negara maju berpihak pada Jepang. Para ahli dari IAEA dan badan lain, termasuk dari China, telah melakukan survei mengenai dampak lingkungan akibat pembuangan itu. Caranya mencakup pengambilan sampel air dan ikan.

Sejauh ini, dari sampel air limbah yang diolah yang diambil TEPCO dan pemerintah, terdeteksi adanya kandungan tritium. Akan tetapi, kadarnya masih di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk air minum.

Baru-baru ini, dua pekerja PLTN Fukushima terkena percikan limbah radioaktif saat membersihkan pipa-pipa di fasilitas pengolahan air. Keduanya dirawat di rumah sakit karena terpapar.

IAEA menyimpulkan, jika pembuangan dilakukan sesuai rencana, dampaknya terhadap lingkungan, kehidupan laut, dan kesehatan manusia dapat diabaikan. Pejabat misi IAEA bulan lalu mengatakan, mereka yakin dengan kelancaran operasi ini. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *