Bandung, Matainvestigasi.com – Masalah terjerat pinjol sepertinya sudah bukan lagi hal asing di Indonesia. Pinjol atau pinjaman online merupakan salah satu solusi pendanaan sehari-hari masyarakat, Jum’at (10/11).
Namun demikian, yang mengejutkan adalah ternyata yang paling banyak terjerat pinjol merupakan para guru. Sebanyak 43% korban pinjol ilegal berprofesi sebagai guru.
Menurut Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, ada beberapa alasan guru terjerat pinjol.
Menurutnya, guru terjerat pinjol karena kurangnya likuiditas di masyarakat menengah ke bawah.
Bahkan dana perbankan diambil dari BPR untuk membiayai konsumsi masyarakat menengah bawah.
“Orang yang terjerat adalah orang degan profesi terpandang yaitu guru,” beber Rhenald pada Selasa, (07/11).
Rhenald mengungkap bahwa kecukupan likuiditas untuk masyarakat menengah ke bawah ini sangat penting.
Sedangkan menurut Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari, mengatakan bahwa 43 persen korban pinjol ternyata guru.
Penelitian ini unik karena diketahui guru memiliki tingkat literasi yang tinggi justru paling sering terjebak pinjol ilegal.
“Hasil penelitian ini sangat menarik, yaitu guru yang kita harapkan memiliki tingkat literasi yang tinggi, ternyata paling banyak terkena jebakan pinjaman (online) ilegal,” sambungnya.
OJK juga mengungkap ada 3 alasan dari temuan riset tersebut. OJK menyebutkan ada beberapa alasan yang mendasari hasil riset banyaknya guru yang terjerat pinjol.
1. Banyak guru atau tenaga pendidik yang memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah.
2. Banyak guru yang tidak memiliki akses pembiayaan.
Keterbatasan akses pembiayaan tersebut menyebabkan banyak guru yang terkendala dalam memperoleh pinjaman dan akhirnya tergiur pinjol.
3. Mudahnya mencairkan pinjol ilegal.
Ada pengaruh iklan atau sosial media. Tawaran pinjol ilegal ini memberikan pinjaman dana yang cepat tanpa memperhatikan risiko, legalitas pemberi pinjaman dan kemampuan bayar kemudian menjadi pilihan,” ujar Kiki. (Red)