Internasional, Matainvestigasi.com – Ribuan warga Gaza bergerak ke selatan dari Kota Gaza pada hari Jumat (10 November), ketika tank-tank Israel bergerak semakin jauh ke daerah tersebut, Sab’tu (11/11).
Warga Palestina, termasuk anak-anak dan penyandang disabilitas, berjalan kaki di sepanjang jalan Salahedeen menuju Khan Younis.
Militer Israel telah mengizinkan beberapa warga sipil Palestina yang terluka untuk menyeberang ke Mesir untuk mendapatkan perawatan dan telah mengumumkan batas waktu harian bagi warga sipil untuk meninggalkan Gaza utara menuju selatan.
Serangan udara mematikan terhadap kamp-kamp pengungsi, konvoi medis dan dekat rumah sakit telah memicu perdebatan sengit di antara beberapa sekutu Barat Israel mengenai kepatuhan militernya terhadap hukum internasional.
Israel tidak segera berkomentar namun mengatakan pihaknya tidak menargetkan warga sipil dan berupaya keras untuk menghindari serangan terhadap mereka.
Dikatakan bahwa militan Hamas menyembunyikan pusat komando dan terowongan di bawah Shifa, tuduhan yang dibantah oleh Hamas.
Badan-badan PBB telah mengeluarkan seruan reguler untuk gencatan senjata, namun ditolak oleh kedua belah pihak.
Dilansir Al Jazeera, warga sipil yang terdiri dari anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia itu berjalan sambil mengibarkan bendera putih.
Kemarin, PBB mengatakan sekitar 15 ribu warga Palestina meninggalkan Gaza utara sehari sebelumnya. Mereka melintasi arteri lalu lintas utama, Jalan Salah al-Din. Jumlah ini tiga kali lipat dari perkiraan pada hari Senin.
Militer Israel memberikan waktu empat jam kepada warga untuk meninggalkan Gaza di tengah perang dengan Hamas.
Berdasarkan laporan Aljazeera, para warga berjalan untuk evakuasi dengan putus asa. Pengungsi hanya membawa barang bawaan yang minim.
Israel mengatakan pasukan daratnya telah mengepung Kota Gaza dan terlibat dalam pertempuran kecil dengan pejuang dari kelompok Palestina.
Warga Palestina mengatakan tidak ada satupun wilayah yang aman dari pemboman Israel. Lebih dari 70 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi.
Beberapa melaporkan harus melintasi pos pemeriksaan Israel untuk mencapai wilayah selatan dan menyaksikan penangkapan oleh pasukan Israel.
“Mayoritas orang telah meninggalkan tanah mereka karena pengepungan (Israel) telah menjadi hal yang mutlak di Gaza. Kami tidak punya air, listrik, dan tepung,” ujar salah satu warga, Ameer Ghalban, sambil mendorong seorang lansia yang menggunakan kursi roda di jalan utama Gaza, kepada The Associated Press.
AFP melaporkan tentara Israel mengklaim 50 ribu warga telah meninggalkan wilayah Gaza utara di tengah perang.
“Hari ini kita melihat bagaimana 50 ribu warga Gaza berpindah dari Gaza utara ke Gaza selatan,” kata juru bicara militer Daniel Hagari.
“Mereka pergi karena mereka memahami bahwa Hamas kehilangan kendali di utara, dan di selatan lebih aman,” sambungnya.
Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 10.569 orang tewas dalam pemboman tanpa henti Israel, termasuk 4,324 anak-anak.
Perang pecah pada 7 Oktober lalu ketika Hamas melancarkan serangan terhadap Israel selatan yang menurut pihak berwenang Israel menewaskan lebih dari 1.400 orang. (Red)