Putin Yakin Menang Jelang Pemilu Rusia, Banyak Warga Merasa Tidak Ada Kandidat Alternatif

Internasional, Matainvestigasi.com – Sebuah ruang pameran di seberang Kremlin, Vladimir Putin berjalan ke atas panggung. Sorak sorai dan tepuk tangan meriah menyambutnya, Rabu (14/02).

Ini tidak mengherankan sebab para tamu undangan – banyak di antara mereka adalah orang ternama di Rusia – secara resmi mendukung Putin dalam pemilihan presiden pada Maret mendatang.

Orang nomor satu di Kremlin ini kembali mencalonkan diri untuk masa jabatan yang kelima. Para hadirin di sini terlihat sangat senang akan kabar tersebut.

“Putin adalah pemimpin yang luar biasa, orang yang paling berani dan bijaksana,” puji sutradara Andrei Konchalovsky.

“Baru kali ini masyarakat Rusia begitu bersatu dalam mendukung presiden mereka,” ucap penyanyi Nadezhda Babkina.

“Siapa pun yang mencoba menghalanginya niscaya akan gagal.”

Tampaknya gagasan di balik acara ini (dan dukungan dari deretan selebriti papan atas) adalah menunjukkan bahwa Putin berada di liganya sendiri: Liga Utama Putin.

Perlu dicatat bahwa liga ini diciptakan Putin dan dipimpinnya sendiri.

Sistem politik Rusia adalah sistem politik Tuan Putin. Termasuk aturan mainnya dan pemilihannya. Para kritikus Putin yang paling vokal sudah lama disingkirkan. Ada yang diasingkan, ada juga yang dipenjara.

Pemilu kali ini pun menjadi cukup mudah diprediksi. Apakah selalu demikian? Sebenarnya tidak.

30 tahun yang lalu di Moskow, saya menonton berita hasil pemilihan parlemen di salah satu TV lokal Rusia. Itu termasuk proses pemilu pertama yang disiarkan.

Kala itu, tidak ada yang tahu siapa yang bakal menang.

Saya masih ingat program TV itu menghadirkan seorang ahli nujum untuk membuat ramalan politik.

Tiga dekade silam, rakyat Rusia punya harapan besar atas demokrasi, kebebasan, dan masa depan negara mereka.

Untuk pemilu Rusia beberapa tahun terakhir, kita tidak butuh peramal atau bola kristal.

Dari sekarang, saya sudah bisa memberitahukan kepada Anda hasil pemilihan presiden 2024: Vladimir Putin menang telak.

Mengapa saya begitu yakin?

Pertama, sekalipun bakal ada nama-nama lain, mereka bukanlah rival berat Putin seperti Alexei Navalny, pemimpin oposisi yang dipenjara.

Putin vs Navalny? Pertandingan selevel ini tidak diperbolehkan di Liga Utama Putin.

Memang ada pengkritik Kremlin lainnya, Boris Nadezhdin, yang sedang berjuang supaya namanya masuk ke dalam kertas suara. Akan tetapi, Nadezhdin bukanlah Navalny.

Nadezhdin secara hati-hati menakar kritiknya terhadap Putin. Dia juga diyakini punya koneksi dalam pemerintahan presiden.

Kalaupun Nadezhdin nantinya secara resmi mencalonkan diri, itu artinya Kremlin memutuskan Putin berkepentingan untuk punya penantang yang lebih kritis.

Kedua, Kremlin mengontrol televisi di Rusia. Putin mendapat banyak sekali jam tayang di mana dia seringkali dipuji dan jarang dikritik. Ini menguntungkan siapa saja yang ingin dipilih kembali dalam pemilu.

Dan ada alasan lain mengapa Putin akan sukses dalam pilpres Maret.

“Kami semua mendukung keputusan Anda untuk mencalonkan diri. Karena Anda telah berkuasa selama yang saya ingat,” ucap Alexander, reporter TV muda Rusia pada konferensi pers Putin akhir tahun lalu.

Banyak orang Rusia seperti Alexander yang tidak punya bayangan lain tentang siapa yang memimpin Kremlin. Bukannya mereka mengidolakan Putin, melainkan tidak ada calon alternatif.

Sering saya dengar orang berkata: “Ya, kalau bukan Putin, siapa lagi?”

Kremlin telah merekayasa lanskap politik ini dengan menyingkirkan mereka yang berpotensi menantang Putin. Putin sudah memimpin Rusia selama hampir seperempat abad (baik sebagai presiden maupun perdana menteri).

Dengan begini, Kremlin memastikan pertanyaan “siapa lagi?” tidak ada jawabannya.

Saya berbincang dengan orang-orang di Kota Rzhev, 225km dari Moskow, tentang harapan mereka untuk pemilihan. Kebanyakan dari mereka terlihat menginginkan perubahan tanpa mengubah pimpinan.

“Saya berharap keadaan berubah menjadi lebih baik karena sekarang ada stagnasi,” kata seorang pemuda bernama Ilya dikutip dari BBC News.

“Tetapi jika memilih orang baru, dia mungkin tidak mampu mengatasi beban pemerintahan. Seseorang yang berpengalaman seperti Putin dapat mengembangkan negara bahkan dalam situasi sulit yang kita alami sekarang.”

“Saya memiliki harapan besar untuk pemilihan,” kata Lidiya, seorang pensiunan

“Saya berharap perang akan berakhir dan ekonomi akan membaik. Tapi saya menghormati Putin.”

Saya bertanya kepada Lidiya, apakah tidak orang lain yang bisa mengemban pekerjaan Putin.

“Saat ini tidak ada,” jawab Lidiya. “Mungkin Putin suatu saat akan menemukan penggantinya. Tapi saya rasa dia akan berkuasa untuk waktu yang lama.”

Perang di Ukraina dan kerugian militer Rusia yang signifikan tampaknya tidak memicu kekecewaan yang luas terhadap presiden dan panglima tertinggi Rusia.

Putin-lah yang memutuskan untuk melancarkan invasi skala penuh. Namun, sebagian warga Rusia yakin bahwa pada masa perang tugas mereka adalah mendukung pemimpin – tanpa mempertanyakan motif atau konsekuensinya.

Sebagian lainnya menerima narasi resmi bahwa Barat-lah yang memulai perang ini dan bukan Rusia.

Saya bertemu dengan seorang wanita di Rzhev yang ingin melihat perubahan di Kremlin.

Mantan jurnalis TV dan anggota parlemen daerah Yekaterina Duntsova baru-baru ini mencoba mencalonkan diri sebagai presiden. Dirinya menyerukan perdamaian di Ukraina, pembebasan tahanan politik, dan Rusia yang “manusiawi”.

Komisi Pemilihan Umum Rusia menolak pencalonan Duntsova. Alasannya? Ada kesalahan dalam berkas pencalonannya.

“Sistem politik di sini melihat saya seolah-olah saya ini benda asing dan tidak tahu harus berbuat apa,” ujar Duntsova.

“Karena saya muncul entah dari mana, sistem tidak memahami siapa saya. Jadi sistem memutuskan untuk menjauhkan saya dari bahaya.”

Duntsova tengah membentuk partai baru. Apakah dia takut sistem akan menyerangnya?

“Kami tidak melakukan sesuatu yang ilegal. Kami bertindak sesuai dengan aturan hukum. Kita tidak boleh kalah akan rasa takut. Saya yakin atas apa yang saya lakukan. Dan keyakinan ini membuat rasa takut menjadi yang nomor dua.”

Kembali ke acara kampanye Putin, saya berbincang dengan Margarita Simonyan, pemimpin redaksi Russia Today.

“Seorang pemimpin berkuasa selama seperempat abad dan lebih… tanpa checks and balances. Bukankah ini berbahaya?” tanya saya.

“Itu adalah mantra yang kalian propagandakan selama bertahun-tahun,” jawab Simonyan.

“Kalau seorang telah lama berkuasa, ini bukan berarti akan selalu lebih buruk dibandingkan penggantian pemimpin setiap empat tahun. Pol Pot [mantan Perdana Menteri Kamboja] memusnahkan sepertiga penduduknya dalam kurun waktu tiga tahun.”

Sungguh sebuah jawaban yang bikin hati tenang. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *