Internasional, Matainvestigasi.com – Amerika Serikat telah mengirimkan bantuan kemanusiaan pertamanya ke Gaza. Lebih dari 30.000 makanan diterjunkan lewat udara oleh tiga pesawat militer AS, Senin (04/03).
Operasi tersebut, yang dilakukan bersama dengan Angkatan Udara Yordania, adalah yang pertama dari banyak operasi yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden.
Biden berjanji untuk meningkatkan bantuan, usai sedikitnya 112 warga sipil Palestina dilaporkan tewas. Ratusan orang itu tewas setelah tentara Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan warga yang sedang berupaya mendapatkan bantuan di Gaza utara, pada Kamis (29/02).
Pengiriman bantuan lewat jalur udara ini terjadi saat seorang pejabat tinggi Amerika mengatakan bahwa kerangka kesepakatan untuk gencatan senjata selama enam minggu di Gaza sudah ada.
Pada Sabtu lalu, beberapa pesawat angkut C-130 menjatuhkan lebih dari 38.000 makanan di sepanjang garis pantai wilayah Gaza, kata Komando Pusat AS dalam sebuah pernyataan.
“Penerjunan udara ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk menyalurkan lebih banyak bantuan ke Gaza, termasuk dengan memperluas aliran bantuan melalui koridor dan jalur darat,” tambahnya.
Negara-negara lain termasuk Inggris, Perancis, Mesir dan Yordania sebelumnya telah mengirimkan bantuan melalui udara ke Gaza, namun ini adalah yang pertama dilakukan oleh Amerika.
Para pejabat pemerintah mengatakan bahwa “insiden tragis” yang terjadi pada Kamis lalu telah menyoroti “pentingnya memperluas dan mempertahankan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai respons terhadap situasi kemanusiaan yang mengerikan”.
Badan-badan bantuan mengatakan bahwa pengiriman makanan melalui udara adalah cara yang tidak efisien.
Warga Gaza yang mengungsi, Medhat Taher, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa metode seperti itu sangat tidak memadai.
“Apakah ini cukup untuk sebuah sekolah? Apakah ini cukup untuk 10.000 orang?” dia berkata. “Lebih baik mengirim bantuan melalui penyeberangan dan lebih baik daripada terjun melalui parasut.”
Dalam pernyataannya pada Jumat, Presiden Biden mengatakan AS akan “mendesak agar Israel memfasilitasi lebih banyak truk dan rute dalam penyaluran bantuan kepada lebih banyak orang”.
Sementara itu seorang pejabat pemerintahan Biden mengatakan pada Sabtu lalu bahwa Israel “kurang lebih telah menerima” kesepakatan mengenai gencatan senjata baru.
“Ini akan menjadi gencatan senjata enam minggu di Gaza yang dimulai hari ini jika Hamas setuju untuk melepaskan kategori sandera yang rentan… yang sakit, yang terluka, lanjut usia dan perempuan,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.
Wakil Presiden AS Kamala Harris akan bertemu dengan anggota kabinet perang Israel Benny Gantz di Washington pada Senin guna membahas gencatan senjata dan masalah lainnya, dilansir dari Reuters yang mengutip pernyataan seorang pejabat Gedung Putih.
Dalam insiden Kamis lalu, 112 orang tewas dan lebih dari 760 orang terluka ketika mereka berkerumun di sekitar truk bantuan di tepi barat daya Kota Gaza.
Hamas menuduh Israel menembaki warga sipil, namun Israel mengatakan sebagian besar tewas karena himpitan setelah melepaskan tembakan peringatan.
Giorgios Petropoulos, kepala sub-kantor Koordinator PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Gaza, bahwa dia dan tim yang dikirim ke RS al-Shifa telah menemukan sejumlah besar orang dengan luka tembak.
Sementara itu, Hamas mengatakan pemboman Israel telah menewaskan sedikitnya 11 orang di sebuah kamp di Rafah di Gaza selatan pada Sabtu.
Ketua Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut serangan itu “keterlaluan”.
Tentara Israel mengatakan mereka telah melakukan “serangan tepat” terhadap militan Jihad Islam di daerah tersebut.
Program Pangan Dunia PBB telah memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi di Gaza utara, yang hanya menerima sedikit bantuan dalam beberapa pekan terakhir.
Badan ini memperkirakan sekitar 300.000 orang hidup dengan sedikit makanan atau air bersih.
Militer Israel melancarkan kampanye militer udara dan darat skala besar untuk menghancurkan Hamas setelah peristiwa 7 Oktober.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 30.000 orang, termasuk 21.000 anak-anak dan perempuan, telah terbunuh di Gaza sejak saat itu dengan sekitar 7.000 orang hilang dan sedikitnya 70.450 orang terluka. (Red)