Internasional, Matainvestigasi.com – Krisis biaya hidup di Argentina makin mengkhawatirkan. Biaya hidup di Negeri Tango tersebut kini melonjak. Inflasi lebih dari 250%. Negara Amerika Selatan itu kini mengalami krisis terburuk dalam beberapa dekade terakhir, Kamis (14/03).
Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Javier Milei yang libertarian memang berusaha menekan inflasi tiga digit dengan melakukan penghematan yang ketat. Cara ini memang meningkatkan keuangan negara namun sangat menekan masyarakat.
Sebuah laporan bulan lalu menunjukkan bahwa kemiskinan mendekati 60% dari 40% pada tahun sebelumnya. Meski rencana reformasi dan pemotongan belanja Milei menunjukkan hasil yang cepat, orang-orang mengencangkan ikat pinggang mereka untuk bertahan hidup.
Mengutip Reuters, sejumlah warga bahkan mengais sampah untuk bertahan hidup. Mereka melakukan ini untuk mendapatkan makanan.
“Kami memiliki beberapa kontainer di belakang tempat sampah dibuang,” kata seorang penjual buah dan sayur di Buenos Aires, Sandra Boluch.
“Ketika Anda membawa sebuah kotak, Anda melihat 20 orang mendatangi untuk melihat apa yang bisa mereka bawa sebagai sepiring makanan ke meja mereka,” tambahnya.
Dikatakannya dulu, ini terjadi jarang. Namun sekarang, dia bertemu lebih banyak orang setiap hari yang melakukan hal tersebut.
“Sebenarnya ini adalah sesuatu yang sangat sulit, sangat menyedihkan karena ada banyak orang dan banyak orang lanjut usia,” jelasnya lagi.
“Ini sangat parah,” tambah Boluch lagi.
Keresahan juga dikatakan Ines Ambrosini, pria berusia 62 tahun yang mencoba berbelanja di pasar grosir untuk mendapatkan penawaran. Ia mengatakan kenaikan harga makanan sangat parah.
“Semuanya membutuhkan banyak uang, makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, daging, produk susu,” ujarnya di laman yang sama.
“Datang ke pasar-pasar ini membantu Anda lebih menjaga dompet Anda,” sindirnya.
Sementara itu, data inflasi Februari akan keluar pekan ini. Diperkirakan inflasi naik sekitar 15,3% secara bulanan, turun dari lebih dari 20% pada bulan Januari dan 25% pada bulan sebelumnya, di mana angka tahunnya akan tetap di atas 250%.
Pemerintahan Milei sendiri sempat mengatakan bulan Maret bisa menjadi “rumit”. Di mana sinyal-sinyal dalam perekonomian tampak suram, dengan menurunnya penjualan, aktivitas dan produksi, bahkan ketika langkah-langkah penghematan telah menekan dana pensiun, gaji negara dan investasi publik. (Red)