Bandung, Matainvestigasi.com – Delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung ditetapkan sebagai wilayah tanggap darurat bencana banjir selama 2 pekan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Minggu (24/11).
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Uka Suska Puji Utama mengatakan, 8 kecamatan itu merupakan yang sering diterjang banjir.
‘’8 wilayah tersebut di antaranya Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang, Pameungpeuk, Baleendah, Katapang, Ciparay, Pacet, dan Majalaya,’’ ujar Uka kepada wartawan, Minggu, 24/11/24.
Menurut Uka, status tanggap darurat ini sudah ditetapkan sejak Jumat lalu. Terlebih saat ini terdapat 35.262 Jiwa terdampak terdapat 2.014 rumah terendam serta satu orang tenggelam.
Untuk rata-rata ketinggian air yang menggenang di delapan Kecamatan tersebut mencapai 50 cm sampai dengan 200 cm atau setinggi dada orang dewasa.
Banjir disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi sehingga meningkatkan debit air sungai Citarum. Semenjak datang hujan BPBD sudah siaga akan datangnya air ke rumah warga ini.
BPBD juga sudah menyiapkan tenda untuk pengungsian dibeberapa titik. Khusnya di wilayah Kecamatan Dayeuhkolot yang paling parah terdampak.
Untuk tenda pengungsian terletak di Desa Dayeuhkolot, Taman Air Desa Bojongsoang, Kantor RW 01 Cibedug Hilir dan Masjid An Nur RW 13 Desa Citeureup.
Uka mengatakan, untuk warga yang terdampak, saat ini membutuhkan makanan dan peralatan kebersihan, air mineral, matras, selimut dan lainnya.
‘’Disitu sudah ada 224 jiwa yang terpaksa mengungsi karena terjadi banjir, belum lagi titik lainnya yang masih dalam pendataan untuk tempat pengungsiannya,” ungkapnya.
Sementara itu wilayah yang paling parah terkena banjir adalah Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot.
Hingga kini, air yang menggenangi rumah warga tidak kunjung surut. Ketinggian air sudah mencapai 150-200 cm. Air merendam pemukiman di RW 1 hingga RW 14.
Beberapa warga terpaksa menggunakan perahu untuk bisa beraktivitas dan mengakses titik pengungsian. Banjir yang terjadi sejak Kamis ini, diprediksi akan terus belangsung, mengingat curah hujan masih cukup tinggi.
Akibat banjir tersebut, warga yang memilih bertahan di rumah masing-masing sangat kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan, karena akses jalan tergenang air. (Red)