Bandung, Matainvestigasi.com – Berdasarkan data Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat selama periode Januari – September 2024 sudah ada 5.606 orang yang terkena PHK di sektor industri, Sab’tu (01/03).
‘’Karyawan atau pegawai ini kebanyakan bekerja di sektor Industrial,’’ ujar Kabid Hubungan Industrial, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat, Firman Desa kepada wartawan, dikutip, (01/02/2025).
Firman menilai fenomena ini sebagai jalan terakhir untuk melakukan efesiensi sebuat perusahaan. Khususnya di sektor industri.
Selain itu, efesiensi juga dilakukan dengan perekrutan wartawan dengan menerapkan sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
Ini yang banyak terjadi di kalangan industri di Jawa Barat, sehingga jika pekerja tersebut habis kontrak tidak lagi dilakukan perpanjangan kerja.
Penyebab terjadinya gelombang PHK dikarenakan kondisi perusahaan tidak stabil. Kondisi perusahaan juga tidak mampu bersaing dengan produk-produk impor.
‘’Kondisi ini berimbas kepada penurunan penjualan. Termasuk permintaan untuk pasar luar negeri,’’ cetus dia.
Penurunan ekspor ini, erat kaitannya dengan situasi geopolitik yang sampai saat ini masih belum stabil. Di mana situasi perang jadi penyebab jalur perdagangan internasional terhambat.
Selain itu, perubahan gaya hidup masyarakat juga mempengaruhi permintaan barang yang sekarang banyak ditawarkan melalui penjualan online dengan harga sangat murah.
Situasi seperti ini, diperparah dari ketidak siapan menejemen perusahaan yang terlambat melakukan antisipasi. Sehinga menyebabkan banyak industri terpuruk.
Meski begitu, bagi pekerja yang terkena PHK, pemprov Jabar akan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan dan pekerja.
‘’Hal ini dilakukan agar hak-hak pekerja dapat diberikan dan bisa membangun usaha kembali,’’ujar Firman.
Sebelumnya, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Jabar melaporkan ada 3.500 buruh yang bekerja di industri tektil telah terkena PHK.
Ketua KSPSI Jawa Barat (Jabar), Roy Jinto mengatakan, PHK terjadi karena industri tekstil dan garmen mengalami penurunan pemasukan.
Meksi begitu, PHK yang paling besar diperkirakan terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Sebab disana jumlah buruh yang terkena PHK lebih banyak. (Red)