Internasional, Matainvestigasi.com – Kelompok Hamas menegaskan selama Israel tetap melancarkan serangannya ke Gaza maka tidak akan ada pertukaran sandera negara Yahudi tersebut dengan warga Palestina yang menahan pemerintah Tel Aviv, Senin (04/12).
Gerakan Hamas di Palestina kemungkinan akan bertukar sandera yang ditahan oleh kelompok radikal di Jalur Gaza dengan warga Palestina yang dipenjara di Israel selama negara Yahudi tersebut melanjutkan agresinya.
“Saat ini, tidak ada negosiasi yang dilakukan (dengan pihak Israel), dan pendirian akhir Hamas tidak akan ada pertukaran sampai agresi benar-benar dihentikan,” kata Wakil Ketua Hamas Saleh al-Arouri seperti dikutip dalam sebuah pernyataan.
Mengutip laporan dari kantor berita Tass, Rusia di Kairo, Mesir, di laman resminya, tass.com, Minggu (3/12/2023), pernyataan tersebut, diposting di saluran resmi Telegram gerakan tersebut.
Al-Arouri mengatakan bahwa sejak awal konflik saat ini, Hamas “siap melepaskan orang asing tanpa memperbarui apa pun,” serta perempuan dan anak-anak.
“Orang-orang lain yang kami tahan adalah tentara atau mantan anggota militer, dan tidak akan ada negosiasi mengenai mereka sampai agresi dihentikan,” katanya, dikutip dari tass com.
Pejabat senior Hamas menambahkan bahwa pemerintah Israel “menolak untuk menyelesaikan kesepakatan untuk menukar mantan prajurit (Israel – yang ditahan oleh Hamas) dengan kondisi yang berbeda” dan melanjutkan serangan mereka.
Dia menambahkan bahwa “para sandera tidak dapat dikembalikan dengan kekerasan,” dan menambahkan bahwa satu-satunya cara yang mungkin bagi Israel adalah dengan mengupayakan mengirimkan mereka “dengan syarat perlawanan (Palestina).”
Wakil ketua Hamas menegaskan kembali bahwa “harga yang harus dibayar bagi para sandera Israel adalah pembebasan semua tahanan (Palestina – dari penjara Israel) setelah gencatan senjata.”
Pada pagi hari tanggal 1 Desember, Pasukan Pertahanan Israel menuduh Hamas melancarkan gencatan senjata dan mengumumkan dimulainya kembali permusuhan di Jalur Gaza.
Pemerintah Palestina menganggap Amerika bertanggung jawab atas memulai kembali operasi darat Israel di Gaza.
Beda Pendapat Soal Sandera
Dilaporkan apnews.com, Minggu (3/12/2023), Hamas dan Israel berbeda pendapat mengenai siapa yang masih ditahan.
Wakil pemimpin Hamas, Saleh Arouri, mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa sandera yang tersisa adalah pria yang bertugas di militer Israel.
Hal ini berbeda dengan pejabat tinggi Hamas lainnya, Osama Hamdan, yang mengatakan kepada Associated Press pada hari Jumat (1/12/2023) bahwa kelompok tersebut bersedia untuk menukar lebih banyak sandera namun menolak permintaan Israel untuk membebaskan 10 tentara wanita.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata dengan menolak memulangkan dua anak dan 15 wanita.
Selama gencatan senjata, Israel membebaskan 240 warga Palestina. Kebanyakan dari mereka yang dibebaskan oleh kedua belah pihak adalah perempuan dan anak-anak.
Dalam negoisasi terkait pertukaran sandera Yahudi dengan tahanan Palestina, tampaknya Israel menuntut agar pengampunan wanita dan anak-anak tetap didahulukan atau mejadi prioritas. (Red)