Bandung Kickoff, PSSI Harus Bertanggungjawab Atas Kekalahan Timnas

Bandung, Matainvestigasi.com – Air mata kekecewaan kembali tumpah menyelimuti pecinta sepak bola nasional. Kekalahan pahit dari Irak memastikan Timnas Indonesia harus mengubur mimpi lolos langsung ke Piala Dunia 2026, Selasa (14/10).

Hasil minor ini bukan sekadar kekalahan biasa, melainkan penegasan bahwa keputusan pergantian pelatih di tengah jalan adalah sebuah blunder yang berujung fatal. Lalu, siapa yang harus menanggung dosa kolektif ini?

PSSI: Biang Keladi di Kursi Federasi
​Keputusan PSSI mengganti Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert di tengah babak kualifikasi adalah langkah yang sangat keliru, jika tidak bisa disebut irasional.

Tanpa alasan yang jelas dan transparan, kebijakan ini langsung memukul performa timnas hingga anjlok. Rekam jejak Kluivert, yang sebelumnya dipecat dari Timnas Curaçao dan didepak Adana Demispor karena rapor buruk, seharusnya menjadi lampu merah.

Keraguan publik kala itu kini telah menjadi kenyataan pahit yang memalukan. Federasi pimpinan Erick Thohir gagal menjelaskan misteri di ruang ganti yang membuat STY diganti mendadak. Hanya rumor konflik internal yang dibiarkan liar di publik.

Erick Thohir selaku pucuk pimpinan PSSI harus bertanggung jawab penuh. Penunjukan Patrick Kluivert, yang kini terbukti gagal total, adalah pertaruhan yang menenggelamkan harapan jutaan rakyat Indonesia.

Patrick Kluivert: Taktisi yang Kehilangan Kompas

Selain federasi, Patrick Kluivert sebagai juru taktik utama tidak bisa lepas dari tuntutan pertanggungjawaban. Di bawah komandonya, timnas seperti kehilangan identitas bermain. Dengan skuad yang disebut-sebut paling mempuni dalam sejarah, permainan Timnas malah stagnan, dominasi bola yang minim kreasi gol.

Kluivert gagal menjawab tantangan untuk membawa Timnas minimal lolos dari putaran keempat, bersaing dengan Arab Saudi dan Irak. Kekalahan telak ini berpangkal pada kebiasaan sang pelatih melakukan ‘eksperimen’ susunan pemain yang di luar nalar.

Dalam pertandingan krusial melawan Irak, Kluivert memilih mencadangkan Ole Romeny dan memasang Mauro Zijlstra yang dinilai masih di bawah kualitasnya. Demikian pula, masuknya Eliano yang bertipikal santai, padahal agresivitas Miliano Jonathans sangat dibutuhkan tim.

Rentetan kesalahan fatal ini hanya berujung pada satu tuntutan: Patrick Kluivert beserta seluruh jajarannya harus berbesar hati mengundurkan diri. Skuad mewah ini seharusnya mampu menyajikan permainan ciamik dan lolos ke babak selanjutnya tanpa kesulitan berarti, tetapi yang terlihat di lapangan justru sebaliknya. (Red)

Sumber- Rifal Ananda