Kol Kav Edwar Prancis Tidak Layak Jabat Dansektor, Sifatnya Arogan Kaku Dalam Pelayanan Publik dan Pelit Informasi

Kab Bandung, Matainvestigasi.com – Program Citarum Harum yang sudah berjalan 6 tahun dan mendekati masa transisi. Banyak pertanyaan diluar, apakah program citarum harum yang tadinya berjalan cukup punya semangat dalam merubah paradigma dunia tentang sungai citarum terkotor sedunia menjadi baik kembali, Rabu (02/10).

Fakta-fakta di lapangan saat ini Tahun 2024 banyak anak sungai kota/kab bandung menjadi dangkal membentuk pulau dan banyak sampah. Bahkan, banyak juga sampah berserakan di muka jalan utama. Banyak pertanyaan terkait semangat dalam melanjutkan tahapan akhir program citarum harum ini akankah bisa berhasil.?

Baca juga;

Pencemaran sungai saat ini bisa dikatakan terang-terangan oleh oknum industri, seperti halnya wilayah kawasan industri Cimahi, Margaasih Kab Bandung dan masih ada lagi yang lainnya. Fenomena ini terlihat jelas, dan sungai citarum masih belum dikatakan aman dari pencemaran.

Warga sekitar mengatakan, yah kalau masalah sungai hitam itu sudah biasa saat-saat ini, bahkan satgas citarum juga tidak tampak gregetnya dalam menangani persoalan yang saat ini terjadi, tidak seperti dulu satgas cukup vokal dan kelihatan jelas buktinya, “ungkapnya.

Beda halnya dengan Kol Kav Edward Prancis selaku Komandan Sektor 8 Satgas Citarum Harum, memiliki tempramental tinggi dan diduga arogan juga kaku dan pelit berikan informasi. Dalam berbicara melontarkan kata-kata kasar yang kurang pantas, seperti monyet, monyong kamu apa mau kau.

Saat dikonfirmasi selasa 1/10/24 bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila. Edwar Prancis emosi ketika berhadapan dengan Wartawan yang datang untuk meminta informasi seputar perkembangan wilayahnya terkait pabrik plastik yang kedapatan langsung membuang limbah cairnya.

Kol Kav Edwar Prancis menanggapi dengan ketus dan arogan saat ucap salam dimuka umum, Dirinya mengatakan, “apa kau nanya-nanya kabar kau ini hobinya beritakan saja, kau juga monyong kau bodat, apa mau kau, “ketusnya.

“Kau nelpon saya, lalu masukan berita, saya tidak mau konfirmasi, hey kau videokan saja, coba kau tunjukan dulu kartu PWI mu, oh ya sudah saya juga bisa kok bikin KTA, kamu juga ngapain nanya-nanya kabar, orang saya sehat kok, ga usah basa basi.

“Ya sudah begini, mau mu apa, dan tujuanmu apa, ga usah ngomong etika kau tinggal ngomong aja saya dengar baik – baik, ga usah pake bahasa inggris, saya ga ngerti, “ucap edwar dengan nada yang kurang sejuk.

Kejadian tersebut disaksikan banyak orang, bahkan anggota sektor 8 menyaksikan tingkah sosok Pamen Edwar Prancis, bahkan pihak DLH soreang pun sampai melihat dan mendengarkan langsung, Rojul dan team nya dari pihak DLH soreang sampai hengkang tidak jadi melakukan sidak pabrik yang sudah di rencanakan.

Kol Kav Edwar Prancis juga melontarkan kata, kamu tidak perlu hormat-hormat, kalian bukan anak buah saya, dasar monyong, kalian mau apa, silahkan kalian beritakan apapun tentang saya, saya tidak takut, sayapun akan bertindak juga, dengan nada mengancam ?

Dia juga mengatakan, mana KTA PWI kalian, coba sini saya mau lihat, Wartawan media ini pun menunjukkan KTA nya, Edward langsung marah, saya bukan minta KTA begini, kalau KTA seperti ini, bisa saya cetak, media ini pun mencoba protes, bahwasanya kami tidak bernaung dibawah PWI, kami hanya mengacu dan berpatokan pada UU pers nomor 40 tahun 1999, bukan ke PWI, sepertinya Edward Prancis tidak paham fungsi dan tugas Jurnalis sebagai pilar ke 4 Demokrasi.

Rojul yang awal tujuan dan keperluan tugas sidak pabrik plastik mengatakan, “nanti saya masih kordinasi dengan dansektor terkait sidak pabrik plastik di posko utama.

Namun sayang tak kunjung jua melakukan tugasnya, yang awal tujuannya mau sidak malah balik kanan begitu saja tanpa kata-kata meski ditunggu lama.

Singkatnya, bahwa pabrik plastik wilayah sektor 8 Desa Mekar Rahayu Margaasih No 8 sempat kedapatan buang limbah plastik langsung ke sungai tanpa di olah terlebih dahulu, namun saat di konfirmasi lewat pesan singkat whatsapp dansektor 8 tidak respon cendrung diam membisu.

Kol Kav Edwar Prancis juga melontarkan kata, kamu tidak perlu hormat-hormat, kalian bukan anak buah saya, dasar monyong, kalian mau apa, silahkan kalian beritakan apapun tentang saya, saya tidak takut, sayapun akan bertindak juga, dengan nada mengancam ?

Dia juga mengatakan, mana KTA PWI kalian, coba sini saya mau lihat, Wartawan media ini pun menunjukkan KTA nya, Edward langsung marah, saya bukan minta KTA begini, kalau KTA seperti ini, bisa saya cetak, media ini pun mencoba protes, bahwasanya kami tidak bernaung dibawah PWI, kami hanya mengacu dan berpatokan pada UU pers nomor 40 tahun 1999, bukan ke PWI, sepertinya Edward Prancis tidak paham fungsi dan tugas Jurnalis sebagai pilar ke 4 Demokrasi.

Dlh harusnya profesional melakukan tugasnya dalam mengawal Perpres No 15 Tahun 2018 tentang program citarum harum. Faktanya kebersamaan dalam pentahelix hilang untuk sama-sam mengawasi program citarum, bahkan diduga dalam bertugas lebih bekerja diam-diam dan diskriminasi memilih untuk upaya sidak.

Hendra pemerhati lingkungan menambahkan, “semestinya sosok dansektor harus bisa berikan informasi terkait wilayahnya agar program citarum bisa sama-sama terpantau secara sinergis, dan tidak boleh juga arogan karena jabat dansektor pasti bersentuhan dengan masyarakat luas harus mampu dalam pelayanan publik, dan harus bisa menunjukan prestasinya, tidak ada ide dan karya mimimal meneruskan dan merawat dengan baik karya terdahulu. (Red)