PT Badjatex Gunakan Air Sungai Citarum Untuk Industri dan Banyak Pipa Yang Menjulur ke Sungai

Kab Bandung, Matainvestigasi.com – Program pemerintah pusat melalui Satgas Citarum Harum yang diperkuat dengan Perpres Nomor 18 Tahun 2018, sepertinya tidak mampu menekan dan berbuat banyak terkait pencemaran lingkungan disepanjang sungai Citarum maupun anak sungai yang mengalir ke citarum yang di lakukan oleh oknum pelaku industri penghasil limbah cair, khususnya pabrik textile, Rabu (31/07).

Program Citarum Harum ditargetkan 7 tahun dan pada tahun 2025 sungai citarum diharapakan akan terbebas dari pencemaran limbah industri, begitu juga dengan sampah, tetapi hal itu mungkin hanya isapan jempol belaka. Terbukti bahwa sungai citarum masih tercemar berat, apalagi di musim kemarau yang sedang melanda, tampak sungai terpanjang dijawa barat tersebut masih menghitam, bau dan dipenuhi sampah, ditambah perilaku industri masih kerap kucing – kucingan membuang limbah kotornya ke aliran sungai.

PT. Badjatex yang beralamat di Jl. Cisirung No.87, Pasawahan, Kec. Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat berdasarkan pantauan, bahwa pabrik tersebut ada dibantaran sungai citarum, dimana berdasarkan hasil temuan di lapangan, diduga kuat memiliki saluran pembuangan siluman lebih dari 2, dan pabrik tersebut juga mengunakan air sungai citarum untuk kepentingan produksi.

Warga belakang pabrik, sebagai pengarap lahan kering di bantaran citarum mengatakan, “kalau saluran yang ada disini diduga milik perusahaan, dan saluran tersebut sering mengeluarkan air yang berwarna tak tentu dan bau, tapi keseringanya pada malam hari, atau situasi sudah sepi, “ungkapnya.

“Setahu saya disini ada 4 saluran, tetapi yang sering berwarna ada 3 saluran, 1 ke kolam retensi air disana sering berubah warna, kadang merah, biru, hitam, kami juga tidak tahu dari mana sumbernya, kalau yang 2 lagi kadang sering keluar air berwarna, saluran itu kan persis berada dibelakang pabrik PT. Badjatex, mungkin diduga punya mereka.

Kami sebagai masyarakat awam hanya bisa melihat saja, tidak bisa bertindak. Disini memang ada satgas citarum, tetapi sekarang sudah jarang patroli, kalau dulu di jaman pa Purwadi sebagai Dansektor 7 tempat ini sering dimonitoring, saya juga pernah jadi Gober, tapi sekarang tidak lagi, “ungkap warga tersebut dengan nada memelas.

Ia menambahkan, kalau mau melihat kondisi disini, datang aja pada malam hari, atau pas hujan turun, pasti air yang dari saluran yang ada dibelakang pabrik akan berwarna dan berbau, “tutupnya.

Ditempat yang berbeda, pengurus kolam retensi bbws menjelaskan, “wah kolam di sini memang sering rubah warna airnya, yah gak taulah dari mana, namun jika dari warga gak mungkiah, ini warga Rw 6 dan Rw 1 masuk kesini airnya, termasuk juga ada dari pabrik, jika ikan ada disini hanya 4 hari pasti ngambang (mati), “jelasnya.

Pihak Badjatex Leo saat ditemui mengatakan, kalau badjatex sudah tidak buang limbah ke sungai, adapun pipa yang tampak ada yang tak terpakai dan ada juga untuk pengambilan air sungai buat pabrik, kita juga pakai sistem ricyle untuk pengolahan limbahnya, dulu sempat buat ipal, namun jika full produksi pasti gak tertampung mengandalkan ipal, kita masih buang ke MCAB, “ungkapnya.

“Pengambilan air sungai untuk pabrik jelas ada izin dab rekomendasi bbws donk, dan setiap 5 tahun kita perbaharui. Kita ada tagihannya ke PJT II, silahkan saja di cek di kantor pjt batununggal, kita ambil dulu air sungai dan ditampung lewat intex, dan baru kita pakai pasti ada perhitungannya karena ada meteran besar pemakaian, “ucap leo.

Gini, kita sering juga di cek satgas citarum, dab kita minta juga jika ada kebocoran atau ada trouble hingga limbah cair keluar segera laporkan ke kami, agar kami siap perbaiki, namanya juga manusia pak, “tambahnya sambil tersenyum. (Red)