Kurang Pantauan dan Tindakan Tegas Dari APH, Cuek Jajakan Obat Tramadol Perbatasan Cimahi Bandung

Bandung, Matainvestigasi.com – Miris peredaran obat-obatan jenis daftar G dijual bebas tanpa di kontrol dan sangat meresahkan masyarakat. Penjual obat keras daftar G para memakai penyamaran asesoris cell. Obat ini bebas dijual tanpa resep dokter, terlebih yang beli banyak anak-anak muda, Jum’at (29/03).

Tramadol jenis obat G dijual perbutir 5000 dengan bebas, terutama kepada generasi muda Indonesia anak-anak sekolah, pemuda dan berbagai kalangan. Maraknya penjual obat keras tanpa pengontrolan dan pencegahan wilayah lebih lanjut, sehingga marak dan menjamur.

Informasi dari masyarakat adanya warung yang berkedok banner (Spanduk) Celluler menjual aksesoris celluler di Jl. Budi, tepatnya dibawah jembatan penyeberangan Cimindi yang awalnya team liputan mengira masuk ke Wilayah hukum Cimahi.

Tepatnya pada hari rabu 27 Maret 2024 sekitar pukul: 13:15 Wib. Tim liputan mencoba turun ke lapangan dan dibagi tiga team, team pertama untuk mewawancarai pedagang obat-obatan tersebut, dan salahsatu team mencoba sebagai pembeli.

Pada saat team yang berjumlah dua personil mencoba mewawancarai penunggu atau penjual nya, satu orang dari team mencoba membeli dan langsung menanyakan jenis Tramadol. Spontan dijawab ada satuan lima ribu rupiah, “kata penjual.

Saat transaksi tersebut juga di dokumentasikan, tidak lama berselang ada berganti pembeli lainnya yang mungkin sudah biasa membeli serta terekam oleh kamera team liputan yang sedang mewawancarai.

Team liputan diterima oleh yang mengaku bernama Zaki, pada saat ditanyakan siapa pemilik nya, disebutkan oleh Zaki tersebut adalah Frans dan ketika ditanya anggota atau bukan, di jawab iya anggota, akan tetapi apakah anggota dari Institusi TNI atau POLRI tidak dijawab.

Zaki menyebutkan bahwa team liputan bisa bertemu dengan Frans pada setelah Maghrib, dan menyuruh team untuk datang lagi ke warung nya, setelah team ikuti, memang tampak didalam warung dua orang yang baru serta setelah ditanyakan oleh team siapa yang bernama Frans malah salahsatu yang menggunakan kemeja hitam dan Topi hitam hanya menjawab ada apa, lalu diam.

Team bertanya-tanya, karena ditanya sepertinya kurang merespon dan tanpa kelanjutan apapun seolah-olah tanpa ada rasa bahwa usahanya bisa merusak generasi muda. Memutuskan balik kanan dan mendatangi Mapolres Cimahi dikarenakan menduga masuk ke wilayah hukum Polres Cimahi.

Anggota Satresnarkoba Polres Cimahi dengan sigap meminta diantar oleh team meskipun sudah menjelaskan bahwa itu masuk ke wilayah hukum Polsek Cicendo Polrestabes Bandung, namun Satres Narkoba Polres Cimahi cukup respect dan cepat turun ke lapangan untuk memastikan dan membantu serta menerima laporan team liputan selaku mitra dari kepolisian.

Warung tersebut tampak tutup saat unit Satres Narkoba dan tim tiba di lokasi. Esok hari tepatnya hari Kamis, ternyata dalam pantauan team liputan warung tersebut tutup dari pagi hingga malam tidak ada pergerakan.

Namun hari ini Jumat 29 Maret 2024 pukul 08.00 WIB, warung tersebut buka dan ada pergerakan seperti biasa, para pembeli datang dari berbagai kalangan untuk beli obat-obatan.

Setelah mendapatkan nomor kontak Kapolsek Cicendo, team liputan mencoba menyampaikan kepada Kapolsek Cicendo Kompol Ari Aprian Ferdiansyah S.E., S.I.K., M.M., akan tetapi tidak merespon sampai sore harinya meskipun team liputan tidak mengetahui kalau Kapolsek tidak sedang dinas dikarenakan hari libur tanggal merah.

Akhirnya team liputan pun melalui perwakilan mencoba mendatangi Mapolsek Cicendo, ternyata benar, disampaikan oleh Aiptu Anggara selaku Panit II Reskrim, bahwa Kapolsek dan Kanit Reskrim sedang tidak bertugas dikarenakan hari libur tanggal merah.

“Nanti akan saya sampaikan ke Kanit Reskrim agar kami difasilitasi Sprint, dan juga biarkan saja dulu mereka beraktivitas agar kita nyaman dengan kelengkapan dalam melakukan penggerebekan nya “,ujar Aiptu Anggara.

Diakhir statement nya ” setahu saya dibawah jembatan penyebrangan tersebut ada tiga toko ya, dan berjejer, memang sih kang yang namanya di wilayah perbatasan seperti itu, sangat tidak terpantau dikarenakan jangankan di kota, di perbatasan Indonesia dengan luar negeri pun terkadang tidak bisa begitu terpantau “.

Team liputan akan menghubungi Kapolrestabes Bandung, untuk meminta statement terkait kurang Responsif nya seorang Kapolsek Cicendo setelah dihubungi melalui Chatting WhatsApp dan dua kali panggilan telpon WhatsApp, sampai berita ini ditayangkan. (Red/tim)