Bandung, Matainvestigasi.com – Salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Migas Utama Jabar (MUJ) menargetkan perolehan deviden ditetapkan hanya Rp 6,7 miliar, Selasa (23/07).
Nilai ini turun drastis dari hasil deviden pada 2023 yang telah berhasil mendapatkan deviden sebesar Rp 35 miliar. Dengan begitu, PT Migas Utama Jabar akan kehilangan deviden sebesar Rp 28,2 miliar.
Informasi terungkap ketika PT Migas Utama Jabar melakukan rapat kerja dengan Komisi III DPRD Jabar belum lama ini.
Menanggapi turunnya deviden tersebut, Direktur Utama PT MUJ Punjul Prabowo melalui keterangan resminya mengakui, setoran deviden turun karena PT Migas Utama Jabar butuh biaya operasional besar.
Biaya tersebut digunakan untuk perbaikan alat dan pipa pengelola Participating Interest (PI) 10 persen di Wilayah Kerja (WK) Offshore North West Jawa (ONWJ) yang tengah digarap oleh PT Migas Hulu Jabar.
Menurutnya, PT Migas Hulu Jabar memiliki peran untuk mengelola Participating Interest (PI) 10 persen di Wilayah Kerja (WK) Offshore North West Jawa (ONWJ).
Punjul beralasan, pada 2023 – 2026, wilayah kerja tersebut menghadapi penurunan produksi secara alamiah.
Sehingga untuk memulihkannya harus ada perbaikan fasilitas produksi serta distribusi minyak dan gas bumi.
‘’Ini karena umur teknis dan kelayakan harus diperbaharui,’’ ujar dia.
Punjul mengatakan, sebetulnya perbaikan sudah direncanakan sejak tujuh tahun lalu. Tapi baru terealisasi pada 2023 sampai 2026 nanti.
Diketahui bahwa pipa tersebut sudah tua dan berumur 30 tahun lebih. Sehingga butuh perbaikan.
Dia mengatakan, natural decline merupakan hal wajar dalam dunia migas. Sebab, harus ada perawatan secara berkala.
‘’ Ini juga butuh pengeluaran demi menjaga keberlangsungan produksi maupun keamanan operasi,’’ ujar dia.
Perbaikan dan pembaruan ini peningkatan aset atau capital expenditure dan operational expenditure. Sehingga konsekuensinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Itu akan mengurangi pendapatan sampai dengan beberapa tahun kedepan,” cetusnya.
Dia mengatakan, langkah yang diambil oleh PT Migas Hulu Jabar memberikan manfaat jangka panjang dan akan mendongkrak lifting.
Menurut keterangan, tercatat selama 2023 data lifting MUJ ONWJ yakni 1.903 BOD, Adapun gas yakni 4,3 MMSCFD.
Punjul merasa optimis, pada 2026 nanti perbaikan akan memberikan dampak positif dalam hasil produksi.
Sementara itu, Direktur Teknik dan Operasi PT MUJ Muhamad Sani mengatakan, perawatan yang dilakukan oleh PT Migas Hulu Jabar merupakan bagian strategi.
Menurutnya, dalam peningkatan deviden PT MUJ tidak bertumpu pada satu bidang usaha saja.
Terbaru misalnya, melalui anak perusahaan PT MUJ Energi Indonesia, telah melakukan kerja sama dengan Pertamina EP.
‘’Kerja sama ini dilakukan untuk pengelolaan lapangan migas Pabuaran di Kabupaten Subang dalam kurun waktu 10 tahun ke depan,’’ ujarnya.
Untuk itu, ke depan PT MUJ berkomitmen akan terus mengatur strtegi dan meningkatkat kinerja dalam rangka berkontribusi untuk meningkatkan.
‘’Jadi sebelum peningkatan produksi energi maupun program tanggung jawab sosial dan lingkungan,’’ tutup Muhamad Sani dikutip dari jabarekpres.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, kontibusi deviden PT MUJ sempat mengalami kenaikan pada 2022 sebesar Rp 105 miliar.
Padahal sebelumnya pada 2021 memperoleh Rp 45 miliar. Sedangkan pada 2020 di angka Rp 38 miliar.
Untuk diketahui, dilansir dari halaman migas esdm.go.id PT Hulu Migas Jabar bersama PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) telah menandatangani Perjanjian Pengalihan dan Pengelolaan 10% Participating Interest (PI) pada Wilayah Kerja (WK) ONWJ.
Kesepakan kerjasama ini ketika itu ditandatangani di Gedung Sate pada 2017 silam dan disaksikan langsung oleh Gubenur Jabar Ahmad Heryawan kala itu.
Kerja sama ini sudah merujuk kepada Peraturan Menteri ESDM (Permen ESDM) Nomor 37 Tahun 2016 tentang Ketentuan Penawaran Participating Interest 10% Pada Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi yang diberikan kepada BUMD. (Red)