BMKG Keluarkan Peringatan Serius, Untuk Beberapa Wilayah RI Mohon Waspada

Bandung, Matainvestigasi.com – Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan potensi signifikan dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022/2023, Senin (26/12).

“Khusus untuk tanggal 24 Desember 2022, potensi siaga dari prakiraan berbasis dampak perlu diwaspadai di sebagian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,” terangnya.

Lebih lanjut, Dwikorita menyebut masyarakat di beberapa wilayah juga perlu mewaspadai potensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode 25 Desember 2022 sampai 1 Januari 2023.

Dwikorita menyebut hujan lebat hingga sangat lebat berpotensi terjadi di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,  Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Sementara hujan sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Kemudian, ia menyebut adanya potensi gelombang tinggi pada periode 23-27 Desember 2022 di wilayah perairan Indonesia yang juga perlu diwaspadai.

Menurutnya, kategori tinggi gelombang 4,0 hingga 6,0 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Banten, dan Samudra Hindia selatan Jawa Barat.

Serta Samudra Hindia selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia selatan Jawa Timur, Samudra Hindia selatan Bali, Laut Natuna Utara, dan juga Selat Makassar bagian selatan.

Sedangkan gelombang dengan kategori tinggi gelombang 2,5 hingga 4,0 meter berpotensi terjadi di Perairan Aceh, Laut Natuna, dan Selat Karimata.

Lalu Laut Jawa, Laut Bali, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Sunda, Perairan selatan Banten, Perairan selatan Jawa, dan Perairan selatan Bali.

Kemudian Perairan selatan Lombok, Perairan selatan Sumbawa, Perairan P. Sumba, Perairan barat Sulawesi Selatan, dan Selat Makassar bagian utara.

Serta Perairan Halmahera, Laut Arafuru bagian barat, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat, dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur.

Untuk menghadapi potensi cuaca ekstrem, Dwikorita meminta pihak-pihak terkait melakukan sejumlah persiapan.

Pertama, memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

Kedua, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.

Ketiga, melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.

Keempat, menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi).

Terakhir, lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antarpihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.

Selain itu, ia meminta masyarakat yang menggunakan transportasi angkutan penyeberangan meningkatkan kewaspadaan.

Dwikorita juga mengimbau kepada semua pihak untuk terus memantau perkembangan cuaca dan peringatan dini Cuaca ekstrem dari BMKG. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *